Muhamad Nicky
2010 4350 1382
KEMACETAN
DAN BANJIR DI JAKARTA - Ilmu Sosial Budaya Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan ini yang berjudul “KEMACETAN DAN BANJIR DI JAKARTA ” sebagai syarat pemenuhan nilai pada matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Jurusan Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI.
Selama
penyusunan penulisan ini penulis telah mendapat pengalaman yang sangat berharga
dalam berbagai hal. Selain itu dalam penulisan ilmiah ini, penulis juga
mendapat berbagai hambatan, akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan baik
secara moral maupun materi dalam berbagai pihak, akhirnya semua dapat teratasi
dengan baik.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan ilmiah ini. Oleh
sebab itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan materi dan isi dan
penulisan ilmiah ini.
Akhir
kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang
memerlukan dan membutuhkan.
Jakarta , Kamis 6 Desember 2012
Penulis,
- gue –
DAFTAR
ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan …………..………………………………………………………... 2
D. Sumber Data …………………………………………………………………..... 2
BAB II : PEMBAHASAN
1. KEMACETAN
1.1 Pengertian Kemacetan ………………………………………………………..... 3
1.2 Waktu dan Asal
Terjadinya Kemacetan di Jakarta …………………………. 3
1.3
Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di Jakarta …………………………………. 4
1.4
Dampak Negatif Kemacetan …………………………………………………. 6
1.5
Dampak Kemacetan Menurut LIPI …………………………………………. 6
1.6
Rasio Kendaraan ………………………...…………………………….…. 7
1.7 Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan
di Jakarta …………………………………. 7
2. BANJIR
2.1 Pengertian Banjir ……………………………………………………........ 9
2.2 Penyebab Banjir ……………………………………………………….… 9
2.3 Dampak dan Kerugian Akibat Banjir …………………………………………. 9
2.4 Penanganan Sampah Pasca Banjir …………………………………………. 10
2.5 Penyakit yang Timbul Pasca banjir …………………………………………. 10
2.6 Rehabilitasi Pasca Banjir …………………………………………………. 11
2.7 Cara – Cara Mengatasi Banjir …………………………………………………. 11
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan …………………..……………………………………… 12
B.
Saran ……………..…………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA …………..……………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemacetan dan Banjir di Jakarta
bukanlah hal yang lazim tentunya bagi para penduduk Ibukota Indonesia ini
karena kemacetan merupakan masalah sehari-hari warga Jakarta.
Kemacetan yang terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu-lintas di
ibukota terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna jalan. Hal ini terjadi
karena pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan tidak seimbang
sehingga membuat lalu-lintas Jakarta begitu macet. Pembangunan tata ruang yang salah banyak masyarakat yang
tidak lagi mempedulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga banyak masyarakat
yang membangun rumah di bantaran sungai dan banyak juga yang membuang sampah ke
sungai. Tidak hanya itu saja penebangan hutan yang tidak terkontrol juga
merupaka penyebab banjir di Jakarta
Kemacetan lalu lintas yang menjadi
masalah utama kota Jakarta sudah menjadi rahasia umum. Pada tahun 2011
Presiden SBY telah menegaskan bahwa Jakarta harus bebas dari kemacetan
lalu-lintas pada tahun 2020 dan harus ada kemajuan yang signifikan pengurangan
kemacetan pada tahun 2014, oleh karena itu warga Jakarta dan Pemerintah
harus memikirkan hal-hal untuk memperbaiki dan mencari berbagai
alternatif upaya pemecahan masalah kemacetan di Jakarta.
Banjir di Jakarta sering terdengar ungkapan banjir itu kiriman dari
Bogor. Tudingan itu muncul karena hampir semua sungai yang bermuara di Jakarta
berhulu diwilayah kabupaten Bogor. Banjir merupakan permasalahan yang kompleks,
yang harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannnya tidak banyak
merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan
Ibukota negara yang merupakan citra negara dan barometer ekonomi. Usaha-usaha
untuk mencegah dan mengurangi akibat terjadinya banjir harus segera dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah:
- Kapan kemacetan itu terjadi ?
- Kenapa samapai terjadi kemacetan ?
- Mengapa sampai kemacetan di Jakarta bertambah parah ?
- Pihak mana saja yang menyebabkan kemacetan ?
- Langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh pemerintah untuk mengatasi kemacetan ?
- Mengapa banjir sering terjadi di Jakarta?
- Bagaimana mencegah banjir?
- Apa dampak banjir di Jakarta?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah:
- Untuk mengetahui penyebab terjadinya kemacetan Jakarta
- Untuk mengetahui dampak negatif dari kemacetan di Jakarta
- Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta
- Untuk mengetahui apa penyebab banjir
- Dampak apa saja yang timbul akibat banjir.
- Bagaimana cara mengatasi banjir.
D. Sumber Data
Sumber data yang penulis pakai adalah data primer dalam
bentuk observasi dan data sekunder dalam bentuk browsing melalui
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KEMACETAN
1.1 Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu-lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan atau bisa dikatakan
volume kendaraan lebih besar dari pada volume jalan.
1.2 Waktu dan Asal Terjadinya Kemacetan di Jakarta
Bagi Jakarta, seolah tiada hari tanpa kemacetan, kecuali pada saat hari-hari
raya keagamaan seperti saat lebaran maupun natalan, karena pada
saat lebaran maupun natalan ruas-ruas jalan di Ibukota Indonesia
ini begitu lengang karena banyak warga ibukota yang merayakan lebaran
maupun natalan bersama keluarga di luar kota Jakarta.
Kebanyakan warga Jakarta dan
sekitarnya pasti sering mengalami betapa besarnya perjuangan untuk mencapai
tempat kerja,kampus maupun sekolahan bila keluar rumah lewat dari pukul 07.00
pagi, karena pada saat itu kemacetan sudah dimulai terjadi. Puncaknya
pada jam masuk kerja dan jam pulang kerja salah satunya di daerah Stasiun
Kota-Kota Tua Jl. Taman Stasiun Kota No. 1, Jakarta Barat.
Mengapa kemacetan lalu lintas di
Jakarta senantiasa terjadi pada jam-jam yang disebutkan di atas? Jakarta
bagaikan kota sentral yang di kelilingi oleh kota-kota “satelit” yaitu:
Tanggerang dan sekitarnya, Bogor dan sekitarnya serta Bekasi dan sekitarnya.
Pada saat
tertentu kendaraan keluar-masuk Jakarta banyak yang berasal dari warga Jakarta
sendiri tetapi juga ditambah kendaraan yang berasal dari kota-kota satelit yang
jumlah menyamai atau mungkin melebihi kendaraan asal Jakarta. Ada yang sekedar
melewati (misalnya
dari Tangerang menuju Bekasi akan melewati Jakarta), tetapi
ada juga yang memasuki Jakarta dan berdiam atau berkeliaran selama beberapa jam
sebelum kembali ke kota masing-masing.
1.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di Jakarta
- Faktor jalan raya (ruang lalulintas jalan)
- Factor kendaraan
- Factor-faktor lain
1. Faktor Jalan Raya (Ruang Lalu-lintas
Jalan)
Faktor jalan raya adalah factor yang
berasal dari kondisi jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu-lintas
jalan serta sempit/terbatasnya ruang jalan yang menghambat pergerakan pengguna
jalan.
Penyebab buruknya kondisi ruang jalan antara lain :
- Adanya kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan
- Pemanfaatan ruang jalan untuk urusan yang bukan semestinya, misal: jalan digunakan untuk praktik pasar, berjualan, dan perpakiran.
2. Faktor Kendaraan
Fakor kendaraan adalah factor-faktor
yang berasal dari kondisi kendaraan yang melintasi jalan raya. Beberapa hal
yang menyangkut kondisi kendaraan dapat berupa jenis, ukuran,
kuantitas(jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya.
Misal: jumlah kendaraan yang
beroperasi/melintas melebihi daya tampung jalan raya, banyaknya jenis kendaraan
berukuran besar yang menyebabkan mudah terjadinya overload di
suatu ruas jalan. Saat ini factor kendaraan beroda empat khusunya untuk mobil
pribadi merupakan kontributor terbesar penyebab kemacetan lalu-lintas di
Jakarta, diikuti sepeda motor angkutan umum dan sebagai kontributor terbesar
kedua dan ketiga. Logikanya, banyak mobil pribadi yang beroperasi di jalan raya
pada suatu saat tertentu secara bersamaan yang akan menyita lahan(ruang) jalan
yang memang sudah sangat terbatas. Selain itu, pemakai mobil pribadi di Jakarta
sangat tidak efisien. Yang dimaksud dengan tidak efisien adalah jumlah penumpang(termasuk
pengemudi) hanya 1 atau 2 orang di dalam satu mobil.
Selain itu pengoperasian Bus
Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian
masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan
volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
3. Faktor-Faktor lain
Banyak factor-faktor lain selain kedua factor komponen
diatas misalnya:
Terjadi kecelakaan lalu-lintas sehingga terjadi gangguan kelancaran karena
masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat
kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas , Terjadi banjir sehingga kendaraan
memperlambat kendaraan, Ada perbaikan jalan , dan Bagian jalan tertentu yang
longsor,
Karena adanya pemakai jalan
yang tidak tahu aturan lalu lintas, seperti : berjalan lambat di lajur
kanan dan sebagainya. Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang
tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas
1.4 Dampak Negatif Kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar
yang antara lain
- Kerugian waktu , karena kecepatan perjalanan yang rendah
- Pemborosan energi , karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
- Kehausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
- Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal ,
- Meningkatkan stress pengguna jalan,
- Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans , pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya
1.5
Dampak Kemacetan Menurut LIPI
Dampak dari kemacetan, menurut
penelitian LIPI tahun 2007, adalah kerugian sosial yang diderita masyarakat
lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya
operasi kendaraan, terutama bahan bakar. Kecepatan kendaraan yang rendah
menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi tinggi.
Kehausan kendaraan bermotor
menjadi tinggi, karena kerja radiator tidak berfungsi dengan baik dan
penggunaan rem yang lebih tinggi. Belum lagi emisi gas buang yang dapat
menyebabkan pemasanan global diperkirakan sekitar 25 ribu ton per tahun.
Hal ini menyebabkan Jakarta sebagai
kota dengan tingkat polusi tertinggi kelima di dunia setelah Beijing, New
Delhi, Meksico City dan Bangkok. Bahkan, ada suatu perhitungan yang
memperkirakan kerugian dari kemacetan lalu-lintas ini mencapai Rp 43 triliun
per tahun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas
ekonomi kota, bahkan negara dan merosotnya kualitas hidup warga kota akibat
polusi udara dan stress. Contohnya, angkutan umum yang seharusnya dapat
mengangkut enam rit per hari menjadi tiga rit, karena macet.
1.6. Rasio Kendaraan
Berdasarkan data Dinas Perhubungan
DKI Jakarta, jumlah kendaraan di Jakarta pada 2007 sebanyak 5,8 juta kendaraan
dengan rincian 2,2 juta mobil dan 3,6 juta motor. Pada 2008, jumlah kendaraan
kembali meningkat menjadi 6,3 juta kendaraan dengan rincian 2,3 juta mobil dan
4 juta motor.
Pada tahun 2009, jumlah kendaraan
kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor.
Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan rincian
2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34
juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua
hampir 5 juta
Rasio kendaraan yang begitu
meningkat dari tahun ke tahun memang merupakan hal yang sangat sulit untuk
dihindari. Dengan rasio kendaraan yang tiap tahunnya meningkat tentunya tidak
mengurangi kemacetan ataupun memperbaiki lalu-lintas di Jakarta tapi malah
justru semakin memperburuk lalu-lintas ibukota ini.
1.7 Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan di Jakarta
Untuk memecahkan permasalahan
kemacetan lalu-lintas di Jakarta, tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang
“biasa”. Agar tingkat kemacetan di Jakarta dapat dikurangi, maka upaya-upaya
untuk mengatasi kemacetan di ibukota harus dilakukan dengan sungguh-sungguh
dalam arti dilakukan dengan serius, menyeluruh dan tidak setengah-setengah.
Berikut ini adalah upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, antara
lain :
- Memperbaiki jalan-jalan yang rusak
- Mempelebar ruang jalan di ruas-ruas jalan yang masih memungkinkan untuk dilebarkan.
- Menertibkan pedagang asongan yang beroperasi dipersimpangan jalan
- Membuat jalur khusus sepeda motor di ruas-ruas jalan tertentu
- Membatasi jumlah mobil pribadi yang harus dimiliki
- Membatasi jumlah maksimum armada angkutan umum per trayek yang boleh beroperasi
- Regulasi operasi kendaraan dengan nomor ganjil awal plat nomor kendaraan, Misalkan nomor awal ganjil pada hari senin tidak boleh beroperasi, bolehnya selasa, kamis, Jumat dan sabtu, dst
- Regulasi opeasi warna kendaraan, misalkan Hari senin Mobil pribadi berwarna Hitam, Putih Dan merah saja yang boleh beroperasi, dll
- Pada keadaan jalan tertentu yang memadai Kendaraan Roda dua dan 4 dipisahkan, agar tidak terjadi deadlblock
- Perusahaan yang memiliki karyawan menggunakan kendaraan pribadi dalam jumlah tertentu harus memiliki jemputan sendiri
- Membersihkan angkutan umum dari orang-orang yang mencari nafkah dengan cara kekerasan seperti ; pencopet dan penodong agar warga merasa lebih aman.
- menaikkan biaya parkir di gedung-gedung komersial, seperti mall, dan jalan-jalan utama.
- Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda motor masuk jalan tol , pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway
14.
Memindahkan Ibukota Indonesia dari Jakarta ke kota
lain di luar pulau Jawa
Itulah beberapa upaya-upaya untuk
mengatasi kemacetan di ibukota. Memang upaya-upaya tersebut bukanlah hal
gampang yang bisa dilaksanakan tapi jika ingin Jakarta terbebas dari kemacetan
sebisa mungkin harus ada upaya yang tegas untuk mengurangi kemacetan yang
terjadi.
2.
BANJIR
2.1 Pengertian Banjir
Banjir adalah
bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang
inibanjir sering terjadi disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan
keseimbangan alam Banjir merupakan peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan
karena volume air yang meningkat. Banjir juga dapat terjadi karena peluapan air
yang berlebihan di suatu tempat akibat curah hujan yang tinggi, peluapan air
sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
2.2. Penyebab Banjir
• Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi Perumahan
• Jalan/tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
• kiriman atau banjir bandang.
2.3. Dampak dan Kerugian Akibat Banjir
2.2. Penyebab Banjir
• Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi Perumahan
• Jalan/tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
• kiriman atau banjir bandang.
2.3. Dampak dan Kerugian Akibat Banjir
Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh
di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet
terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga
menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi,
termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter
lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu. Banjir
juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju
Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu
digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Akibat Bencana Banjir yang melanda Jakarta, kerugian
ditaksir bisa menelan hingga Rp 37 triliun. Dampak itu paling besar bakal
dialami warga dan sektor industri.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
2.4 Penanganan Sampah Pasca Banjir
Dinas Kebersihan DKI Jakarta memperkirakan sampah pasca
banjir yang telah dibersihkan selama 23 hari sejak awal Februari hingga akhir
Februari 2007 mencapai 32.000 ton.
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.
Sementara itu pembersihan sampah yang dibantu oleh alat
berat dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mencapai 27.490 meter
kubik. Total sampah yang sudah diangkut selama pembersihan pasca banjir
tersebut mencapai 131.717 meter kubik atau setara dengan 32.000 ton. Bila
kemarin kita memerlukan waktu 23 hari pembersihan maka sampah rat-rata per hari
mencapai 1.432 ton.
Sebelumnya satu lokasi penampungan baru di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Bantargebang dibuka khusus untuk tempat pembungan sampah sisa
banjir dari Jakarta menyusul dimulainya tahap rehabilitasi ibukota pasca
banjir.
Hal itu dilakukan untuk menampung sampah sisa banjir di Jakarta telah dibuka satu titik pembuangan sampah baru di lokasi tersebut yang mampu menampung 500 ton hingga 1.000 ton sampah per hari. Dari dua titik yang sudah ada, kita buka lagi satu titik dengan luas lahan 2,1 hektar dan diberi nama zona Kepala Burung.
Hal itu dilakukan untuk menampung sampah sisa banjir di Jakarta telah dibuka satu titik pembuangan sampah baru di lokasi tersebut yang mampu menampung 500 ton hingga 1.000 ton sampah per hari. Dari dua titik yang sudah ada, kita buka lagi satu titik dengan luas lahan 2,1 hektar dan diberi nama zona Kepala Burung.
Pemprov menyiapkan 130 truk sampah, 70 mobil pemadam
kebakaran sementara Dinas Pekerjaan Umum menyiapkan 10 alat berat dan 50 truk
bantuan untuk mengangkut sampah. Sementara terdapat 200 truk sampah pinjaman
dari pihak swasta yang juga digunakan untuk mengangkut sampah sisa banjir.
Sedangkan Kadin membantu dengan meminjamkan 327 alat berat berbagai jenis
2.5 Penyakit yang Timbul Pasca Banjir
2.5 Penyakit yang Timbul Pasca Banjir
Banjir yang mengenangi Jakarta dan sekitarnya juga
menebarkan kekhawatiran munculnya penyakit Leptospirosis. Leptospirosis yang juga
dikenal sebagai demam banjir ini bisa menginfeksi manusia melalui kontak dengan
air atau tanah masuk kedalam tubuh melalui selaput lendir mata atau luka lecet.
Leptospirosis perlu diwaspadai pasca banjir ini. Terlebih lagi bakteri
Leptospira ini bisa bertahan didalam air selama 28 hari.
Gejala klinis penyakit ini pada
stadium pertama adanya demam tinggi, sakit kepala, lemas dan adanya radang
mata. Dan pada stadium lanjut bisa berakibat fatal akan muncul gejala penyakit
kuning dan dapat menyerang ginjal, hati dan paru-paru yang berakhir pada
kematian. .
Kuman Leptospira yang mampu bertahan
sebulan di air dan tanah mudah mati bila menggunakan disenfektan. Leptospirosis
yang mulai muncul pada banjir besar di Ibukota tahun 2002 lalu cukup besar
memakan korban jiwa yaitu dari 44 kasus 14 orang diantaranya meninggal
dunia.
2.6 Rehabilitasi Pasca Banjir
2.6 Rehabilitasi Pasca Banjir
Rehabilitas pasca banjir di Jakarta diprioritaskan pada
kegiatan pembersihan sampah, pengobatan massal, karbolisasi serta fogging
(penyemprotan) untuk mencegah wabah demam berdarah. Upaya ini merupakan
kerjabakti massal yang melibatkan warga, pemerintah, TNI, dan para
relawan.
Dalam bencana ini, Bakornas akan membantu provinsi dan
kabupaten yang terkena bencana untuk membersihkan sampah maupun lumpur. Upaya
ini dibantu kementrian BUM. Melalui perwakilan yang ada di daerah
masing-masing, akan diberikan dukungan berupa alat angkut berupa truk dan
pengeruk, backhone dan pompa air. Departemen Pendidikan Nasional juga akan
membantu pengurusan ijazah yang rusak atau hilang akibat banjir. Depdiknas
menggratiskan biaya untuk mengurus surat keterangan lulus.
Departemen agama akan membantu pengurus surat nikah yang
rusak atau hilang akibat banjir. Badan Pertahanan Nasional (BPN) dalam
menanggulangi surat/ sertifikat yang hilang karena banjir akan dilakukan
melalui prosedur yang berlaku untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Departemen Pekerja Umum akan mendukung dalam memenuhi alat berat untuk kab/
kota Tangerang dari shovel untuk DKI Jakarta.
2.7 Cara-cara Mengatasi Banjir
Beberapa cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya
:
1.
Menyediakan Sistem
Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah cetek akibat daripada
bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan
baik.
2.
Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku
kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang
banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan
proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
3.
Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di
kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke
sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat
dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara
yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan
yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi.
4.
Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku
terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai
dan parit. Bagi menangani masalah ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Terbatasnya lahan (ruang) jalan raya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menambah lahan ruang jalan melalui pembangunan jalan-jalan flyover.
- Pemakaian mobil pribadi yang tidak efisien
- Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
- Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.
- Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai, pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga
B.
Saran
- Peningkatan kuantitas armada busway dan peningkatan kualitas pelayanan busway agar pengguna kendaraan pribadi beralih ke busway
- Pembatasan usia kendraan bermotor setelah busway berjalan baik
- Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang melanggar aturan
- Aturan yang ketat dan tegas terhadap arus urbanisasi dengan cara seperti pemeriksaan KTP di perketat, dan hukuman dipertegas apabila ada yang melanggar
- kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.
Daftar
Pustaka
http://www.dml.or.id/dml5/content/view/125/2/
0 comments:
Post a Comment
Comment-Comment Dong