RSS

KEMACETAN DAN BANJIR DI JAKARTA - Ilmu Sosial Budaya Dasar



Muhamad Nicky
2010 4350 1382

KEMACETAN DAN BANJIR DI JAKARTA - Ilmu Sosial Budaya Dasar




KATA PENGANTAR


           Puji syukur Penulis  ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan ini yang berjudul “KEMACETAN DAN BANJIR DI JAKARTA ” sebagai syarat pemenuhan nilai pada matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Jurusan Teknik Informatika Universitas Indraprasta PGRI.
Selama penyusunan penulisan ini penulis telah mendapat pengalaman yang sangat berharga dalam berbagai hal. Selain itu dalam penulisan ilmiah ini, penulis juga mendapat berbagai hambatan, akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan baik secara moral maupun materi dalam berbagai pihak, akhirnya semua dapat teratasi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan ilmiah ini. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan materi dan isi dan penulisan ilmiah ini.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang memerlukan dan membutuhkan.

Jakarta , Kamis 6 Desember 2012
Penulis,
  


                                                                                       
- gue –

DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang       …………………………………………………………………….   1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………..   2
C. Tujuan Penulisan    …………..………………………………………………………...   2
D. Sumber Data          ………………………………………………………………….....   2
BAB II : PEMBAHASAN
1. KEMACETAN
1.1  Pengertian Kemacetan     ……………………………………………………….....       3
1.2  Waktu dan Asal Terjadinya Kemacetan di Jakarta          ………………………….       3
1.3   Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di Jakarta   ………………………………….       4
1.4   Dampak Negatif Kemacetan       ………………………………………………….       6
1.5   Dampak Kemacetan Menurut LIPI         ………………………………………….       6
1.6   Rasio Kendaraan              ………………………...…………………………….….       7
1.7   Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan di Jakarta   ………………………………….       7
2. BANJIR
2.1 Pengertian Banjir              ……………………………………………………........        9
2.2 Penyebab Banjir                ……………………………………………………….…       9
2.3 Dampak dan Kerugian Akibat Banjir       ………………………………………….       9
2.4 Penanganan Sampah Pasca Banjir            ………………………………………….       10
2.5 Penyakit yang Timbul Pasca banjir           ………………………………………….       10
2.6 Rehabilitasi Pasca Banjir               ………………………………………………….       11
2.7 Cara – Cara Mengatasi Banjir       ………………………………………………….       11

BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan     …………………..………………………………………      12
B.     Saran               ……………..……………………………………………      12
DAFTAR PUSTAKA                        …………..………………………………………………      13




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemacetan dan Banjir di Jakarta bukanlah hal yang lazim tentunya bagi para penduduk Ibukota Indonesia ini  karena  kemacetan  merupakan masalah sehari-hari warga Jakarta. Kemacetan yang terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu-lintas di ibukota terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan  tidak seimbang sehingga membuat lalu-lintas Jakarta begitu  macet. Pembangunan tata ruang yang salah banyak masyarakat yang tidak lagi mempedulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga banyak masyarakat yang membangun rumah di bantaran sungai dan banyak juga yang membuang sampah ke sungai. Tidak hanya itu saja penebangan hutan yang tidak terkontrol juga merupaka penyebab banjir di Jakarta 
Kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah utama kota Jakarta sudah menjadi rahasia umum.  Pada tahun 2011 Presiden SBY telah menegaskan bahwa Jakarta harus bebas dari kemacetan lalu-lintas pada tahun 2020 dan harus ada kemajuan yang signifikan pengurangan kemacetan pada tahun 2014, oleh karena itu warga Jakarta dan Pemerintah harus  memikirkan hal-hal untuk memperbaiki dan mencari berbagai alternatif upaya pemecahan masalah kemacetan di Jakarta.
Banjir di Jakarta sering terdengar ungkapan banjir itu kiriman dari Bogor. Tudingan itu muncul karena hampir semua sungai yang bermuara di Jakarta berhulu diwilayah kabupaten Bogor. Banjir merupakan permasalahan yang kompleks, yang harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannnya tidak banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan Ibukota negara yang merupakan citra negara dan barometer ekonomi. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengurangi akibat terjadinya banjir harus segera dilakukan.

 
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah:
  1. Kapan kemacetan itu terjadi ?
  2. Kenapa samapai terjadi kemacetan ?
  3. Mengapa sampai kemacetan di Jakarta bertambah parah ?
  4. Pihak mana saja yang menyebabkan kemacetan ?
  5. Langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh pemerintah untuk mengatasi kemacetan ?
  6. Mengapa banjir sering terjadi di Jakarta?
  7. Bagaimana mencegah banjir?
  8.  Apa dampak banjir di Jakarta?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah:
  1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kemacetan  Jakarta
  2. Untuk mengetahui dampak negatif  dari kemacetan di Jakarta
  3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta
  4. Untuk mengetahui apa penyebab banjir
  5. Dampak apa saja yang timbul akibat banjir.
  6. Bagaimana cara mengatasi banjir.

D. Sumber Data
Sumber data yang penulis pakai adalah data primer dalam bentuk observasi dan data sekunder dalam bentuk browsing melalui  internet.



BAB II
PEMBAHASAN
1. KEMACETAN
1.1 Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu-lintas  yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan atau bisa  dikatakan volume kendaraan lebih besar dari pada volume jalan.
1.2 Waktu dan Asal Terjadinya Kemacetan di Jakarta
           Bagi Jakarta, seolah tiada hari tanpa kemacetan, kecuali pada saat hari-hari raya keagamaan seperti saat lebaran maupun natalan, karena  pada  saat lebaran maupun natalan  ruas-ruas jalan di Ibukota Indonesia ini begitu lengang karena banyak warga  ibukota yang merayakan lebaran maupun natalan  bersama keluarga di luar kota Jakarta.
Kebanyakan warga Jakarta dan sekitarnya pasti sering mengalami betapa besarnya perjuangan untuk mencapai tempat kerja,kampus maupun sekolahan bila keluar rumah lewat dari pukul 07.00 pagi, karena pada saat itu  kemacetan sudah dimulai terjadi. Puncaknya pada jam masuk kerja dan jam pulang kerja  salah satunya di daerah Stasiun Kota-Kota Tua Jl. Taman Stasiun Kota No. 1, Jakarta Barat.
Mengapa kemacetan lalu lintas di Jakarta senantiasa terjadi pada jam-jam yang disebutkan di atas? Jakarta bagaikan kota sentral yang di kelilingi oleh kota-kota “satelit” yaitu: Tanggerang dan sekitarnya, Bogor dan sekitarnya serta Bekasi dan sekitarnya.
Pada saat tertentu kendaraan keluar-masuk Jakarta banyak yang berasal dari warga Jakarta sendiri tetapi juga ditambah kendaraan yang berasal dari kota-kota satelit yang jumlah menyamai atau mungkin melebihi kendaraan asal Jakarta. Ada yang sekedar melewati (misalnya
dari Tangerang menuju Bekasi akan melewati Jakarta), tetapi ada juga yang memasuki Jakarta dan berdiam atau berkeliaran selama beberapa jam sebelum kembali ke kota masing-masing.

1.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan di Jakarta
  1. Faktor jalan raya (ruang lalulintas jalan)
  2. Factor kendaraan
  3. Factor-faktor lain
1.      Faktor Jalan Raya (Ruang Lalu-lintas Jalan)
Faktor jalan raya adalah factor yang berasal dari kondisi jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu-lintas jalan serta sempit/terbatasnya ruang jalan yang menghambat pergerakan pengguna jalan.
Penyebab buruknya kondisi ruang jalan antara lain :
  • Adanya kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan
  • Pemanfaatan ruang jalan untuk urusan yang bukan semestinya, misal: jalan digunakan untuk praktik pasar, berjualan, dan perpakiran.
2.      Faktor Kendaraan
Fakor kendaraan adalah factor-faktor yang berasal dari kondisi kendaraan yang melintasi jalan raya. Beberapa hal yang menyangkut kondisi kendaraan dapat  berupa jenis, ukuran, kuantitas(jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya.
Misal: jumlah kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi daya tampung jalan raya, banyaknya jenis kendaraan berukuran besar yang menyebabkan mudah terjadinya overload di suatu ruas jalan. Saat ini factor kendaraan beroda empat khusunya untuk mobil pribadi merupakan kontributor terbesar penyebab kemacetan lalu-lintas di Jakarta, diikuti sepeda motor angkutan umum dan sebagai kontributor terbesar kedua dan ketiga. Logikanya, banyak mobil pribadi yang beroperasi di jalan raya pada suatu saat tertentu secara bersamaan yang akan menyita lahan(ruang) jalan yang memang sudah sangat terbatas. Selain itu, pemakai mobil pribadi di Jakarta sangat tidak efisien. Yang dimaksud dengan tidak efisien adalah jumlah penumpang(termasuk pengemudi) hanya 1 atau 2 orang di dalam satu mobil.
Selain itu pengoperasian Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
3.      Faktor-Faktor lain
Banyak factor-faktor lain selain kedua factor komponen diatas misalnya:
      Terjadi kecelakaan lalu-lintas  sehingga terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas ,  Terjadi banjir  sehingga kendaraan memperlambat kendaraan, Ada perbaikan jalan , dan Bagian jalan tertentu yang longsor,
      Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, seperti  : berjalan lambat di lajur kanan dan sebagainya. Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas









1.4 Dampak Negatif Kemacetan
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain
  1. Kerugian waktu , karena kecepatan  perjalanan yang rendah
  2. Pemborosan energi , karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
  3. Kehausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator  tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
  4. Meningkatkan polusi udara  karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal ,
  5. Meningkatkan stress  pengguna jalan,
  6. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans , pemadam kebakaran  dalam menjalankan tugasnya
1.5  Dampak Kemacetan Menurut LIPI
Dampak dari kemacetan, menurut penelitian LIPI tahun 2007, adalah kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari Rp 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan, terutama bahan bakar. Kecepatan kendaraan yang rendah menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi tinggi.
 Kehausan kendaraan bermotor menjadi tinggi, karena kerja radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi. Belum lagi emisi gas buang yang dapat menyebabkan pemasanan global diperkirakan sekitar 25 ribu ton per tahun.
Hal ini menyebabkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi kelima di dunia setelah Beijing, New Delhi, Meksico City dan Bangkok. Bahkan, ada suatu perhitungan yang memperkirakan kerugian dari kemacetan lalu-lintas ini mencapai Rp 43 triliun per tahun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi kota, bahkan negara dan merosotnya kualitas hidup warga kota akibat polusi udara dan stress. Contohnya, angkutan umum yang seharusnya dapat mengangkut enam rit per hari menjadi tiga rit, karena macet.

1.6. Rasio Kendaraan
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah kendaraan di Jakarta pada 2007 sebanyak 5,8 juta kendaraan dengan rincian 2,2 juta mobil dan 3,6 juta motor. Pada 2008, jumlah kendaraan kembali meningkat menjadi 6,3 juta kendaraan dengan rincian 2,3 juta mobil dan 4 juta motor.
Pada tahun 2009, jumlah kendaraan kembali naik menjadi 6,7 juta dengan rincian 2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor. Pada 2010, peningkatan jumlah kendaraan menembus angka 7,29 juta dengan rincian 2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor. Pada tahun 2011, meningkat lagi jadi 7,34 juta kendaraan, kendaraan roda empat sebesar 2,5 juta dan kendaraan roda dua hampir 5 juta
Rasio kendaraan yang begitu meningkat dari tahun ke tahun memang merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari. Dengan rasio kendaraan yang tiap tahunnya meningkat tentunya tidak mengurangi kemacetan ataupun memperbaiki lalu-lintas di Jakarta tapi malah justru semakin memperburuk lalu-lintas ibukota ini.
1.7 Solusi Untuk Mengatasi  Kemacetan di Jakarta
Untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu-lintas di Jakarta, tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang “biasa”. Agar tingkat kemacetan di Jakarta dapat dikurangi, maka upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di ibukota harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam arti dilakukan dengan serius, menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Berikut ini adalah upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, antara lain :
  1. Memperbaiki jalan-jalan yang rusak
  2. Mempelebar ruang jalan di ruas-ruas jalan yang masih memungkinkan untuk dilebarkan.
  3. Menertibkan pedagang asongan yang beroperasi dipersimpangan jalan
  4. Membuat jalur khusus sepeda motor di ruas-ruas jalan tertentu
  5. Membatasi jumlah mobil pribadi yang harus dimiliki
  6. Membatasi jumlah maksimum armada angkutan umum per trayek yang boleh beroperasi
  7. Regulasi operasi kendaraan dengan nomor ganjil awal plat nomor kendaraan, Misalkan nomor awal ganjil pada hari senin tidak boleh beroperasi, bolehnya selasa, kamis, Jumat dan sabtu, dst
  8. Regulasi opeasi warna kendaraan, misalkan Hari senin Mobil pribadi berwarna Hitam, Putih Dan merah saja yang boleh beroperasi, dll
  9. Pada keadaan jalan tertentu yang memadai Kendaraan Roda dua dan 4 dipisahkan, agar tidak terjadi deadlblock
  10. Perusahaan yang memiliki karyawan menggunakan kendaraan pribadi dalam jumlah tertentu harus memiliki jemputan sendiri
  11. Membersihkan angkutan umum dari orang-orang yang mencari nafkah dengan cara kekerasan seperti ; pencopet dan penodong agar warga merasa lebih aman.
  12. menaikkan biaya parkir di gedung-gedung komersial, seperti mall, dan jalan-jalan utama.
  1. Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda motor  masuk jalan tol , pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway 
14.  Memindahkan Ibukota Indonesia dari Jakarta  ke kota lain di luar pulau Jawa
Itulah beberapa upaya-upaya untuk mengatasi kemacetan di ibukota. Memang upaya-upaya tersebut bukanlah hal gampang yang bisa dilaksanakan tapi jika ingin Jakarta terbebas dari kemacetan sebisa mungkin harus ada upaya yang tegas untuk mengurangi kemacetan yang terjadi.













2. BANJIR
2.1 Pengertian Banjir 

Banjir adalah bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang inibanjir sering terjadi disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan keseimbangan alam Banjir merupakan peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir juga dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat curah hujan yang tinggi, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.

2.2. Penyebab Banjir

• Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi Perumahan
• Jalan/tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
• kiriman atau banjir bandang.

2.3. Dampak dan Kerugian Akibat Banjir

Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu. Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.

Akibat Bencana Banjir yang melanda Jakarta, kerugian ditaksir bisa menelan hingga Rp 37 triliun. Dampak itu paling besar bakal dialami warga dan sektor industri.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota. 

2.4 Penanganan Sampah Pasca Banjir

Dinas Kebersihan DKI Jakarta memperkirakan sampah pasca banjir yang telah dibersihkan selama 23 hari sejak awal Februari hingga akhir Februari 2007 mencapai 32.000 ton.
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.

Sementara itu pembersihan sampah yang dibantu oleh alat berat dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mencapai 27.490 meter kubik. Total sampah yang sudah diangkut selama pembersihan pasca banjir tersebut mencapai 131.717 meter kubik atau setara dengan 32.000 ton. Bila kemarin kita memerlukan waktu 23 hari pembersihan maka sampah rat-rata per hari mencapai 1.432 ton.

Sebelumnya satu lokasi penampungan baru di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang dibuka khusus untuk tempat pembungan sampah sisa banjir dari Jakarta menyusul dimulainya tahap rehabilitasi ibukota pasca banjir.
Hal itu dilakukan untuk menampung sampah sisa banjir di Jakarta telah dibuka satu titik pembuangan sampah baru di lokasi tersebut yang mampu menampung 500 ton hingga 1.000 ton sampah per hari. Dari dua titik yang sudah ada, kita buka lagi satu titik dengan luas lahan 2,1 hektar dan diberi nama zona Kepala Burung.

Pemprov menyiapkan 130 truk sampah, 70 mobil pemadam kebakaran sementara Dinas Pekerjaan Umum menyiapkan 10 alat berat dan 50 truk bantuan untuk mengangkut sampah. Sementara terdapat 200 truk sampah pinjaman dari pihak swasta yang juga digunakan untuk mengangkut sampah sisa banjir. Sedangkan Kadin membantu dengan meminjamkan 327 alat berat berbagai jenis

2.5 Penyakit  yang Timbul Pasca Banjir

Banjir yang mengenangi Jakarta dan sekitarnya juga menebarkan kekhawatiran munculnya penyakit Leptospirosis. Leptospirosis yang juga dikenal sebagai demam banjir ini bisa menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah masuk kedalam tubuh melalui selaput lendir mata atau luka lecet. Leptospirosis perlu diwaspadai pasca banjir ini. Terlebih lagi bakteri Leptospira ini bisa bertahan didalam air selama 28 hari. 

Gejala klinis penyakit ini pada stadium pertama adanya demam tinggi, sakit kepala, lemas dan adanya radang mata. Dan pada stadium lanjut bisa berakibat fatal akan muncul gejala penyakit kuning dan dapat menyerang ginjal, hati dan paru-paru yang berakhir pada kematian. . 

Kuman Leptospira yang mampu bertahan sebulan di air dan tanah mudah mati bila menggunakan disenfektan. Leptospirosis yang mulai muncul pada banjir besar di Ibukota tahun 2002 lalu cukup besar memakan korban jiwa yaitu dari 44 kasus 14 orang diantaranya meninggal dunia.

2.6 Rehabilitasi Pasca Banjir

Rehabilitas pasca banjir di Jakarta diprioritaskan pada kegiatan pembersihan sampah, pengobatan massal, karbolisasi serta fogging (penyemprotan) untuk mencegah wabah demam berdarah.  Upaya ini merupakan kerjabakti massal yang melibatkan warga, pemerintah, TNI, dan para relawan. 

Dalam bencana ini, Bakornas akan membantu provinsi dan kabupaten yang terkena bencana untuk membersihkan sampah maupun lumpur. Upaya ini dibantu kementrian BUM. Melalui perwakilan yang ada di daerah masing-masing, akan diberikan dukungan berupa alat angkut berupa truk dan pengeruk, backhone dan pompa air. Departemen Pendidikan Nasional juga akan membantu pengurusan ijazah yang rusak atau hilang akibat banjir. Depdiknas menggratiskan biaya untuk mengurus surat keterangan lulus.

Departemen agama akan membantu pengurus surat nikah yang rusak atau hilang akibat banjir. Badan Pertahanan Nasional (BPN) dalam menanggulangi surat/ sertifikat yang hilang karena banjir akan dilakukan melalui prosedur yang berlaku untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Departemen Pekerja Umum akan mendukung dalam memenuhi alat berat untuk kab/ kota Tangerang dari shovel untuk DKI Jakarta.

2.7 Cara-cara Mengatasi Banjir

Beberapa cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya : 
1.       Menyediakan Sistem Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
2.      Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.

3.      Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi.
4.      Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
  1. Terbatasnya lahan (ruang) jalan raya. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menambah lahan ruang jalan melalui pembangunan jalan-jalan flyover.
  2. Pemakaian mobil pribadi yang tidak efisien
  3. Bus Transjakarta (Busway) yang saat ini kurang efisien dalam artian masih kurangnya kuantitas armada dan kualitas pelayanan sehingga menyebabkan volume kendaraan pribadi begitu besar di Jakarta.
  4. Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.
  5. Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai, pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga
B.      Saran
  1. Peningkatan kuantitas armada busway dan peningkatan kualitas pelayanan busway agar pengguna kendaraan pribadi beralih ke busway
  2. Pembatasan usia kendraan bermotor setelah busway berjalan baik
  3. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang melanggar aturan
  4. Aturan yang ketat dan tegas terhadap arus urbanisasi dengan cara seperti pemeriksaan KTP di perketat, dan hukuman dipertegas apabila ada yang melanggar
  5. kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.
Daftar Pustaka


http://www.dml.or.id/dml5/content/view/125/2/
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

Comment-Comment Dong